Menlu RI Gelar Sejumlah Pertemuan Bilateral Usai Pembukaan GPDRR Ke-7
By Abdi Satria
nusakini.com-Bali- Menlu RI melakukan berbagai pertemuan bilateral dengan sejumlah tamu yang hadir dalam Pembukaan 7th Session of Global Platform on Disaster Risk Reduction (GPDRR), Bali, yaitu dengan Deputi Sekretaris Jenderal PBB, Amina J. Mohammed, Presiden SMU PBB Abdulla Shahid, Sekretaris Jenderal Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), Jagan Chapagain, dan Penasihat Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Saima Wazed Hossain.
Pertemuan (terpisah) dengan Deputi Sekjen dan Presiden Majelis Umum PBB
Dalam pertemuan dibahas mengenai perang di Ukraina dan dampaknya terhadap dunia. Menlu RI kembali tekankan prinsip posisi Indonesia yang konsisten mengenai pentingnya setiap negara menghormati kedaulatan dan integritas wilayah negara lain. Selain itu, Menlu RI sampaikan kekhawatiran mengenai belum terciptanya enabling environment bagi penyelesaian damai melalui negosiasi. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab semua untuk berkontribusi agar enabling environment tersebut dapat segera tercipta sehingga negosiasi penyelesaian damai dapat berlangsung dan membawa hasil baik.
Menlu RI juga sampaikan multilateralisme mendapatkan tantangan besar dengan terjadinya perang di Ukraina. Pendekatan unilateralisme semakin mengemuka. Pendekatan “take it or leave it" dalam berbagai pembahasan draft resolusi baik di PBB maupun Organisasi Internasional lainnya juga semakin sering terjadi. Menlu RI harapkan PBB dapat terus bekerja menjaga mekanisme multilateralisme bekerja dengan baik bagi semua negara anggotanya.
Dalam pertemuan dengan Deputi Sekjen PBB juga dibahas mengenai kerja Champion Group of the Global Crisis Response Group (GCRG), dimana Presiden RI menjadi salah satu anggota. GCRG dibentuk oleh Sekjen PBB pada 14 Maret 2022 untuk melakukan koordinasi antar badan PBB, merumuskan aksi untuk atasi krisis pangan, energi dan keuangan. Adapun pembentukan Champions Group diharapkan dapat memastikan adanya kepemimpinan politis dan koordinasi tingkat politis, dan membantu mendorong implementasi dari berbagai usulan solusi, strategi dan aksi dari GCRG.
Dibahas pula mengenai dampak perang terhadap dunia, termasuk ancaman krisis pangan dan energi, terutama di negara least developed countries. Dengan situasi seperti ini, dikhawatirkan pencapaian Sustainable Development Goals akan semakin jauh dari target.
Dalam pertemuan dengan Presiden Majelis Umum PBB, beliau sampaikan apresiasi atas kepemimpinan Indonesia di G20. Ditengah tantangan yang sangat besar, sampai saat ini Indonesia masih dapat membuat G20 bekerja.
Dalam dua pertemuan terpisah tersebut, kedua pejabat PBB kembali sampaikan apresiasi atas keberhasilan Indonesia menangani pandemi Covid-19. Pertemuan GPDRR ini merupakan salah satu pertemuan terbesar yang dihadiri secara fisik di masa pandemi. Apresiasi yang sama juga disampaikan atas keberhasilan Indonesia membangun ketahanan nasi0nal dalam menghadapi bencana.
Pertemuan dengan IFRC
Pertemuan utamanya membahas situasi kemanusiaan di Ukraina. Sekjen IFRC menyampaikan bahwa saat ini terdapat sekitar 5-6 juta orang pengungsi dari Ukraina ke negara tetangga, dan 7,5-8 juta orang pengungsi internal dengan pergerakan yang cukup besar. Sekjen IFRC juga sampaikan kekhawatiran yang mendalam terhadap dampak perang terhadap ketahanan pangan dunia. Kekeringan yang terjadi di berbagai negara dan terganggunya rantai pasok pangan akibat perang, akan memperburuk situasi pangan, terutama negara-negara least developed countries. Ini merupakan hal serius yang harus menjadi perhatian dunia.
Dalam pertemuan dibahas pula mengenai situasi kemanusiaan di Afghanistan. Sekjen IFRC sambut baik pemberian bantuan kemanusiaan yang diberikan Indonesia kepada rakyat Afghanistan. Dalam pertemuan tersebut, Menlu RI sampaikan beberapa isu lain, termasuk isu hak-hak dan pemberdayaan perempuan di Afghanistan.
Pertemuan dengan Penasihat Dirjen WHO
Upaya untuk memperkuat ketahanan kesehatan Kawasan, menjadi isu utama dalam pertemuan dengan Penasihat Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Saima Wazed Hossain. Ditekankan kembali mengenai pentingnya ketahanan kesehatan bagi pembangunan semua bangsa. Penguatan kerjasama menjadi satu-satunya pilihan untuk memperkuat ketahanan kesehatan Kawasan dalam rangka menghadapi terjadinya pandemi di masa depan. (rls)